Rabu, 03 Desember 2008

Lagi dan lagi tu indivualisme nya ya....


frend,,,,kadang saya merasa terlalu baik.....

Bukannya narsis atau terlalu PD, tapi itulah yang bnar2 saya rasakan....
Well, begini ceritannya,,,

Sekarang saya duduk di klas 2 SMA, dan saya mendapat kelas baru berdasarkan jurusan.
Saya masuk XI IA 5. Dan saat saya pertama kali masuk kelas itu, saya sebenarnya sadar bahwa teman2 baru saya di klas tersebut bisa dibilang kumpulan dari anak2 pintar dan lumayan cerdas.
Saya sih tidak minder, saya merasa biasa saja malah merasa tertantang. Tapi ternyata sulit sekali mengalahkan mereka. Nilai saya biasanya hanya di tengh2 saja...ya kalau sedang beruntung dan saya bisa saya dapat nilai yang lumayan memuaskan.

Tapi sayang banget buat ngedapetin nilai eksak di atas rata2 aja sulitnya minta ampuunn..
Sebebnarnya banyak yang saya pertanyakan, kenapa saya tidak bisa mendapatkan nilai yang lebih dari mereka. apa karena saya yang goblok atau karena mereka yang kepinteran yak??ehehehehe,,,,,

Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat nilai saya selalu di bawah para teman2 saya yang pintar. Yang pertama, MALASORGANISASI YG KEBanYAKAN, saya mengikuti lebih dari 1 organisasi besar, dan kegiatannya lumayan banyak, tapi saya sangat mencintai organisasi di sekolah saya. Benar2 luar biasa dalam membentuk mental dan kepribadian. tapi sebenarnya bukan karena organisasi juga seh, cuma saya yang masih sulit memanage waktu, ehehehe....


Yang ketiga, IQ jongkok, ahahahaaha...sebenarnya ga jongkok2 amat seh, di atas rata2 cuma saya memang ga gampang menghafal dan mengerti secara cepat.




WEll, ne sebenarnya yang paling berpengaruh tu faktor yang pertama. Saya sebenarnya sudah tahu saya tidak begitu cepat mengerti tapi tidak mau rajin belajar.




Nah terus hubungannya sama saya terlalu baik apee???!!




Bgini lho, karena teman2 saya kbnyakan pinter2, walaupun ga semua, tapi ne yang membuat mereka benar2 individualis, skli lagi saya tekankan, GA SEMUA! tapi lumayan membuat perubahan besar pada saya, karena saya terbiasa dengan teman2 yang asik dan ga individualis saat klas 1, mereka masih mau berbagi ilmu dan sedikit jawaban saat ulangan,,wakakakaa...




tapi yang sekarang, saya lebih sering berjuang sendiri, mereka kebanyakan tidak mau berbagi ilmu, bahakan sampai ada yang pas ditanya and minta diajari dikkkiittt aja, dia ga mau jawab, alasannya ga tahu lah, ga ngerti lah, padahal smua juga tahu kalau dia bisaaa...!!!




Tapi sebenarnya smua teman2 saya di IA 5 anaknya asik2 and gaul, cuma ya ituuu, individualismw nyaa bookk!!!




Trus skali lagi, hubungannya sama saya baik apaaa??!!




hahahaha, ok..ok... gini lho...


Sya bsa dibilang jago dalam bahasa inggris melebihi teman2 saya yang laen (ciiee....), nah tiap da tugas mereka selalu minta bantuan saya, minta ditranslate kan lah, di cek kslahan grammarnya lah, gmna pengucapannya lah, bahkan ada yang smpe minta dibuatin sgala..gillee kalleee.... Dan saya selalu mau dengan lapang dada dan sabar menjwab tiap pertanyaan mereka, sampai2 saat ngerjaen tugas, mereka tanya2 terus and akhirnya tugas saya blom selesai, sedngkan mereka uda ngumpulin, sialan ga tuuhh??hehehehehe...tapi ya take it easy lah...




tapi pas ulangan fisika, nyari contekan dari SI PINTAR tu sulitnya minta ampyyuunn/.....haddeehhh....sekali lagi, individualisme nya yaaa....!!!




Tapi ya walaupun saya ga bgtu bagus dalam nilai eksak, tapi nilai2 yang laen trutama bahasa bisa dibilang lumaynlah, saya juga lumayan sdikit lebih jago musik and speaking di depan publik daripada teman2 saya, dan teman2 saya mengklaim saya sebagai BOCAH GENDENG, coz stiap mereka ada di deket saya pasti langsung ktawa2 sampe guling2 di pecahan kaca (alah hiperbola)


hehehe.....




Well, sebenarnya saya juga cukup tenar dan disayang oleh teman2 seklas, jadi walaupun ga pinter2 amat, yang penting....ajjiiibb!!!




aahahahahaaa

Kelingking...for story telling


A long time ago, in Belitung Island, there lived poor husband and his wife. His name was Anatungku, and his wife’s name was Darabaru. Even though they were so poor, they lived happily and loved each other. But they thought it was not enough, because they had no child. So, they prayed every day and every night to God to give them a child, no matter their child is a boy or a girl.

“God, give us a child, even though it’s just as small as my tiny finger!” said them one night because they were so desperate.

God hear what they had asked for. Not so long, Darabaru had pregnant. They was so happy and couldn’t say anything, they just thank to God because of his blessed to them. Finally they could get a child.

After 9 months had left, the baby had been born. But they were so surprised when they looked at their baby. The baby was as small as their tiny finger.

“My husband, why our baby is so small??” said Darabaru to Anatungku.

Anatungku just kept silent, he didn’t know what had happened too. He couldn’t believe if his baby was so small. But suddenly he remembered what their had prayed before.

“My wife, don’t you remember what we had prayed to God?! We prayed for a baby even though he was as small as our tiny finger!” asked Anatungku.

“Oh my gosh, you are right my husband! God have listened at what we always wanted before, and he had given as what we have prayed!” said Darabaru.

“Yeah, so we must love our child, even though he is not so big, but he is what God have given to us, my wife!” said Anatungku.

Darabaru agreed with his husband. They looked after the baby. The time had gone by, until their child became 6 years old, but his body was still as tiny as before. So they called him Kelingking.

First, Anatungku and Darabaru really loved Kelingking. But there was one thing that made them restless. If Kelingking ate, he ate more than common people. He could eat one basket of rice and much kind of meat and vegetables that had served in table. Anatungku and Darabaru was so confuse, they couldn’t do anything. They were very shock at how much Kelingking could eat. They couldn’t live better if Anatungku’s salary was just enough for Kelingking’s food. So they decided to killed Kelingking.

“My husband, how to kill Kelingking?” asked Darabaru.

“I have one way.” said Anatungku.

“What is that?” asked Darabaru again.

“I will ask Kelingking to follow me to the jungle!” said Anatungku surely.

“But for what??!!” asked Darabaru, still confused.

“I will throw him and killed him, my wife.” answered Anatungku.

Darabaru agreed with Anatungku. After that, the next morning, Anatungku asked Kelingking to follow him to the jungle, looking for wood. Finally they found the biggest tree.

“Kelingking, stand up on there! I will cut this tree!” said Anatungku.

“Yes, Dad!” said Kelingking.

But Kelingking didn’t realize, Anatungku cut the tree, and the tree fell down over Kelingking’s body. Anatungku was so happy, he had killed Kelingking.

“Ha….ha…ha….i’ve killed you hey tiny!!” said Anatungku happily.

After Anatungku was pretty sure if Kelingking had really died, he went home to tell Darabaru. She was really happy to hear that.

“Oh my husband, after Kelingking died we can live happily and there will not less food and less money again!” Darabaru was laugh happily.

But, when the sun had really came out, suddenly there was a voice outside the house.

“Dad…dad! Where can I put this tree?!” asked Kelingking.

“My husband, that’s Kelingking’s voice! Haven’t he died?!” Darabaru was so afraid.

“Let’s go out, we must check it out!” said Anatungku.

They were so surprised after looked at Kelingking that didn’t hurt and bring the tree on his shoulder.

“Dad, where can I put this tree??” asked Kelingking again.

“Oh, just put it over there.” said Anatungku suddenly.

After he put the tree down, Kelingking came into the house and looked for food. Because he was so tired, he ate one basket of rice that Darabaru had cooked. Anatungku and Darabaru was shocked and couldn’t do anything.

Since Kelingking came to their house again, their life went worse. Kelingking ate more and more food everyday. More than one basket of rice! Anatungku and Darabaru were so sad, they couldn’t stand for it longer, so they made new plan to kill Kelingking.

“My husband, what can we do again after now?” asked Darabaru one day.

“I will asked Kelingking to follow me to the mountain to pick up the rocks.” answered Anatungku , smiled at his wife.

“Calm down my wife, don’t worry, im sure if that’s my best plan to kill Kelingking!” add Anatungku surely.

The next day, Anatungku asked Kelingking to accompany him to the mountain to pick up the rocks. They had arrived at the mountain.

“Kelingking, I will hide this mountain to crowbar the rocks! You stay here to pick up the fell down rocks!” said Anatungku to Kelingking.

“Ok, Dad!” answered Kelingking.

After that, Anatungku hide the mountain, he bring a wood to crowbar the rocks. First of all, he just crowbared small rocks, then bigger, and bigger and the biggest. When he had crowbared them, they fell down over the Kelingking’s body. Then, Anatungku came to see and check if Kelingking had really died.

“Kelingking…Kelingking!” called Anatungku.

But there was no answer. Anatungku tried to call him again, but still no answer. He was really sure if Kelingking had died. He went home happily and told it to Darabaru. But Darabaru didn’t believe it.

“Are you sure, my husband if Kelingking has died?!” asked Darabaru not sure.

“Yes, of course, my dear wife! The rocks felt down over his body!” said Anatungku.

“Oh, I hope so, my husband! Our life will get better soon!” said Darabaru happily.

2

But suddenly, when the sun had gone, there was a voice outside the house.

“Dad…dad..!! where I can put this rock?!” yelled that voice outside.

“Put it on there!” said Anatungku without realized.

Anatungku and Darabaru were so surprised when they came out from the house. They looked Kelingking put down the rock. As usual, after put down the rock, Kelingking came in to the the house and ate more than a basket of rice. He was so hungry after bring the rock to their house.

Finally, Anatungku and his wife felt poor with Kelingking. They realized if Kelingking had been born because they asked to God for him. After that they had never tried to kill Kelingking anymore, they had accept Kelingking the way he was, as their family member.

Kelingking that had bigger power than common people always helped her father and her mother’s works. He even did hard works for their family, so Anatungku could rest and what they needed, could complete as well.

Sinopsis Harry Potter 7



Akhir Dari Misteri Yang Belum Berakhir

Judul : Harry Potter dan Relikui Kematian

Pengarang : J. K. Rowling

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tempat Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : Januari 2008

Tebal : 999 hlm.

Harga Buku : Rp 170.000, 00

Inilah buku yang paling dinanti-nantikan para penggemar Harry Potter di seluruh dunia. JK. Rowling akhirnya memberikan sentuhan akhir dari kisah perjalanan Harry Potter, si penyihir cilik dari Sekolah Sihir Hogwarts. Rowling, pengarang yang namanya dikenal karena kisah Harry Potter yang pertama kali terbit pada tahun 2001, benar-benar sudah matang dalam menuliskan detail-detail yang masih menjadi misteri di buku-buku Harry Potter sebelumnya.

Rowling benar-benar membuat para pembacanya terhanyut dalam segala peristiwa baik yang terkecil sampai yang terbesar dalam buku ketujuhnya ini. Penulis yang mendapatkan inspirasi Harry Potter saat duduk di atas kereta api Manchester, London ini, patut diacungi jempol, Beliau berani “membunuh’ karakter-karakter luar biasa dalam Harry Potter, yang diketahui sebelumnya bahwa Beliau sangat berhati-hati dalam menempatkan kematian dan kesedihan dalam buku-buku sebelumnya.

Buku yang dibuat oleh pengarang yang sudah membuat kerangka setiap buku Harry Potter selama 5 tahun sambil menuliskan buku pertamanya, ini menceritakan pertempuran terakhir Harry Potter dengan musuh terbesarnya, Lord Voldemort dan para antek-anteknya. Dimana dalam perjalanannya memusnahkan Voldemort, Harry yang sangat pemberani, dengan gejolak puber nya yang masih baru dan alami menuju tingkat kedewasaan yang sulit, harus memburu horcrux-horcrux yang merupakan pecahan jiwa Lord Voldemort yang memaksa mereka berpindah-pindah tempat seantero London. Tapi Harry tidak sendirian, dia ditemani Hermione, cewek pintar dan jenius, dan Ron yang sedikit ceroboh tapi baik hati. Mereka sering bertukar pikiran dan saling menjaga satu sama lain untuk menguak seluruh rahasia Voldemort. Sedangkan Voldemort dengan kesadisannya memakan banyak korban dalam mencari cara untuk bisa membunuh Harry, bocah 17 tahun yang sangat ditakutinya sebesar ketakutannya pada kematian. Di saat Harry sangat membutuhkan bantuan dan ide untuk memecahkan misteri-misteri dan petunjuk-petunjuk dari alm. Dumbledore, kematian yang orang-orang yang disayangi Harry secara bertubi-tubi membuatnya lebih kuat dan sekaligus sangat tertekan karena nasib seluruh dunia sihir dan muggle ada di tangannya. Sampai ada saat ketika Harry terlambat mengetahui bahwa orang yang sangat dibencinya ternyata adalah kunci keberhasilannya sekaligus orang yang sangat menyayangi Harry. Dan juga ketika Harry sadar bahwa dia memang sudah diramalkan—dan ramalan tersebut benar—bahwa kematian harus menjemput Harry, bahwa ia memang harus berhadapan muka dengan Voldemort dan menerima kematiannya. Harry sempat bertemu dengan arwah kedua orang tuanya, Sirius Black—walinya, dan Lupin. Ketika akhirnya Harry harus berada di persimpangan antara kematian dan kehidupan, Harry bertemu dengan Dumbledore. Harry yang haus akan kebenaran akhirnya terpuaskan setelah Dumbledore menjelaskan semua misteri secara mendetail. Dan di akhir cerita, Harry harus benar-benar berhadapan dengan Voldemort, dan harus memenangkan pertempuran yang selama ini dialaminya sejak umurnya masih 11 tahun.

Di buku ini sekali lagi Rowling, wanita yang mempunyai 3 anak dari 2 suaminya, membuat para pembaca menahan nafas dan bergidik ngeri melihat kekejaman Voldemort. Tapi dengan kegemulainnya dalam menulis, Rowling mampu menyisipkan secercah kegembiraan dan humor. Contohnya saja pernikahan saudara Ron, yaitu Bill dengan wanita Prancis bernama Fleur Delacour, dan kelahiran putra dari perkawinan Remus Lupin dan Nymphadora Tonks. Tak heran novel akhir perjalanan Harry Potter ini mendapatkan banyak penghargaan ternama, seperti British Book awards, Carnegie Medal 2005, dan Royal Mail Scottish Children Book awards.

Sebagai karya imajinasi yang tak diragukan lagi ketenarannya, Harry Potter ditulis dengan gaya bahasa deskriptif yang mendetail sehingga menarik pembaca benar-benar masuk dan merasakan emosi setiap karakter, ditambah lagi terkuaknya misteri dan rahasia-rahasia yang tak dapat disangka-sangka membuat pembaca bisa mendalami masing-masing karakter Harry Potter.

Rowling, yang menuliskan cerita pertamanya yang berjudul Rabbit saat umurnya masih 6 tahun ini, berusaha memuaskan rasa haus dan penasaran akan kisah Harry Potter yang sudah mereka tunggu-tunggu. Tapi walaupun Rowling menjelaskan secara mendetail segala yang menjadi misteri, tetap saja bagi kebanyakan pembaca, Harry Potter 7 belum bisa sepenuhnya membuat mereka berhenti bertanya-tanya, Rowling masih meninggalkan jejak-jejak yang menimbulkan tebakan-tebakan penasaran para fans atas kisah Harry Potter yang menggiurkan untuk diperdebatkan ini.

Ditambah dengan epilog yang terlalu singkat dan sedikit sulit untuk dimengerti membuat ini menjadi kelemahan buku ini, tapi dapat juga menjadi satu keunggulannya, karena, tentu saja, Rowling ingin Harry Potter selalu membekas dengan sempurna di hati pembaca dan fans setia karangannya ini. Satu lagi kekurangan buku ini, pertempuran antara Harry dan Voldemort terlalu singkat dan kurang jelas maknanya, membuat sedikit kecewa, tetapi tetap menarik untuk dibaca.

Dalam buku ini, para pembaca juga mendapatkan makna yang luar biasa, untuk tidak haus akan kekuasaan dan hal-hal duniawi, dan selalu bersifat ksatria terutama untuk tidak takut terhadap kematian.

Dan tentu saja, buku ini sangat-sangat menarik dan brilian untuk dibaca dan diresapi sedemikian rupa untuk menambah pengalaman dan perbaikan pola pikir serta sifat kita.

Miracle...miracle...


Well guys. bener juga kata Mariah Carey

"Can be miracle when you believe"

Masih inget kan ma posting terakhir saya yang judulnya "Bersikap Dewasa"
Bercerita tentang kekalahan saya yang sedikit menyakitkan. ehehehe...

Di akhir posting saya bercerita bahwa saya sedang menyiapkan diri untuk lomba speech slanjutnya.

nah, disinilah keajaiban terjadi lagi dalam hidup saya.
Sejak kekalahan saya yang terakhir, saya berpikir bahwa Tuhan memang sengaja memberi kekalahan pada saya untuk kemenangan yang lebih besar dan sebenarnya. Dan saya tidak menyangka itu benar2 terjadi.

Lomba Speech selanjutnya diadakan di Malang, tepatnya di Universitas Malang.
pesertanya berasal dari hampir seluruh sekolah se jawa timur, sebanyak 100 orang. Dan saat itu saya langsung minder karena persiapan saya blom 100%, sedangkan peserta yang lain betul2 menunjukkan kebolehan mereka masing2, saya hanya bisa melongo karena menurut saya sekitar 90% peserta betul2 luar biasa. Saya tahu bahwa saya sudah beruntung bisa berlomba melawan mereka. Tapi ternyata keberuntungan saya berlanjut, saya masuk final.final terdiri dari 20 orang peserta yang terbaik. Dan dari sekolah saya terdapat 3 finalis, slah satunya saya.

Saat itu saya senang tapi bercampur khawatir karena materi final belum saya siapkan dengan benar, padhal di final kita diberi waktu 5 menit untuk pidato dalam bhs inggris, dan 5 menit untuk pidato bhs indonesia. Untuk yang berbahasa Inggris saya sudah menyiapakan, walaupun blom hafal, sedangkan yang dalam bhs Indonesia sama sekali blom siap.

Kita diberi waktu skitar 20 menit untuk mempersiapkan materi. saya dibantu kakak klas, dan guru sya yang berpengalaman. Saya sangat merasa gugup, karena dari antara kami bertiga, saya merasa paling lemah.

Bebrapa kali saya pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri, dan mengajak teman saya untuk mendengarkan saya berlatih. Akhirnya nama saya dipanggil, saya berdoa pada Tuhan untuk memberikan yang terbaik,dan saya tidak muluk2 untuk mendapatkan salah satu juara. Karena saya tahu, masuk ke final saja sudah diluar pemikiran saya.

Saya berpidato dengan 100% style saya. Untuk yang bhs Inggris lumayan bisa, karena seya terbiasa berpidato dalam bhs inggris, sedangkan saya sama sklai blom prnah pidato dlm bhs indonesia. Tapi saya berusaha sekeras mungkin untuk tetap PD, saya juga mengangkat salah satu oragnisasi saya, pramuka, yang menurut saya para juri sangat terkesan mendengar saya membanggakan pramuka sebagai organisasi yang luar biasa.

Kata gru sya, pidato saya sangat berbobot, tapi style yang saya gunakan dalam pidato bhs.indonesia kurang bagus, karena saya tidak terbiasa. Tapi saya sudah cukup puas, dan sangat lega.

Stlah smua finalis selesai berpidato, kami diberi waktu 10 menit untuk beristirahat. dan kemudian diminta kembali untuk pngumuman, saya sih snatai2 saja, karena saya yakin saya tdak mungkin menang. Saya merasa salah satu atau dua2 dari 2 teman saya yang jadi finalis pasti menang.

Saat pengumuman, mereka menyebut "Juara 3 dri Sman ........ 2 ,......Kediri"

Smua bertepuk tangan, saya menyalami kedua teman saya, dan memberi slamat, karena saya yakin salah satu dari mereka pasti pemenangnya. ternyta.....

"dengan nama .......... MARIA SERAPHINE AGUSTA"

(hening)

(hening)

Otak saya berpikir keras mencerna satu persatu kata2 ituuu, sedngkan teman2 dan guru saya bertepuk tangan dan memeluk saya.

Saya tidak menyangka bahwa saya juara 3 mengalahkan 100 orang peserta se jawa timur. Saya maju dengan ragu2 dan takut bahwa pngumuman tersebut slaah, saya yakin saat tu penampilan saya seperti orang bloon yang pucat setengah mati.

Sedangkan jwara 1 draih oleh SMA 2 Madiun, dan juara 2 dimenangkn oleh SMA 2 Jombang. dibanding saya, mereka maju dengan sangat PD. ehehhehee....

Dan saat itu juga saya tahu bahwa KEAJAIBAN TUHAN TERJADI...


thx God......


PS:Foto di atas tu saya sma piala saya di rumah...narsis dikitt..ehehehe